All Stories

Minggu, 16 Oktober 2011


LAPORAN PRNDAHULUAN ANEMIA PADA ANAK


1.      Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

2.      Etiologi:
1.   Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2.   Perdarahan
3.   Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper

3.      Tanda dan Gejala
o    Lemah, letih, lesu dan lelah
o    Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
o    Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

4.Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1.   Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
Anemia aplastik
Penyebab:
         agen neoplastik/sitoplastik
         terapi radiasi
         antibiotic tertentu
         obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
         benzene
         infeksi virus (khususnya hepatitis)


2.   Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
         Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
         Hematokrit turun 20-30%
         Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
3.   Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
4.   Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a)   Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
b)   Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c)   Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
5.   Anemia megaloblastik
Penyebab:
   Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
   Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol
6.   Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
         Pengaruh obat-obatan tertentu
         Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
         Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
         Proses autoimun
         Reaksi transfusi
         Malaria

5.      Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia
Viskositas darah menurun
Resistensi aliran darah perifer
Penurunan transport O2 ke jaringan
Hipoksia, pucat, lemah
Beban jantung meningkat
Kerja jantung meningkat
Payah jantung



6.      Parth Away






















Cairan/ PUS



Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 


terjadi desak ruang di otak


O2 ke otak                   fungsi medula oblongata menurun
 

 Menurun                     fungsi paru menurun
 

Hb menurun                pernafasan tidak teratur
 

Kejang                                   Dispeneu





Gangguan pemenuhan O2
 


Gangguan perfusi jaringan
 
                                                Sesak
                                               


7.   Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
o    Gagal jantung,
o    Parestisia dan
o    Kejang.

8.   Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
o    Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
o    Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
o    Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

9.   Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1.   Anemia aplastik:
o    Transplantasi sumsum tulang
o    Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2.   Anemia pada penyakit ginjal
o    Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
o    Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.   Anemia pada penyakit kronis
      Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.   Anemia pada defisiensi besi
o    Dicari penyebab defisiensi besi
o    Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5.   Anemia megaloblastik
o    Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
o    Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
o    Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

DAFTAR PUSTAKA
·         Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
·         Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
·         Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
·         Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
·         Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
·         Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
·         http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
·         http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
·         Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
         Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Askep Anemia pada anak


LAPORAN PRNDAHULUAN ANEMIA PADA ANAK


1.      Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

2.      Etiologi:
1.   Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2.   Perdarahan
3.   Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper

3.      Tanda dan Gejala
o    Lemah, letih, lesu dan lelah
o    Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
o    Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

4.Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1.   Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
Anemia aplastik
Penyebab:
         agen neoplastik/sitoplastik
         terapi radiasi
         antibiotic tertentu
         obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
         benzene
         infeksi virus (khususnya hepatitis)


2.   Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
         Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
         Hematokrit turun 20-30%
         Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
3.   Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
4.   Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a)   Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
b)   Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c)   Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
5.   Anemia megaloblastik
Penyebab:
   Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
   Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol
6.   Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
         Pengaruh obat-obatan tertentu
         Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
         Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
         Proses autoimun
         Reaksi transfusi
         Malaria

5.      Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia
Viskositas darah menurun
Resistensi aliran darah perifer
Penurunan transport O2 ke jaringan
Hipoksia, pucat, lemah
Beban jantung meningkat
Kerja jantung meningkat
Payah jantung



6.      Parth Away






















Cairan/ PUS



Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 


terjadi desak ruang di otak


O2 ke otak                   fungsi medula oblongata menurun
 

 Menurun                     fungsi paru menurun
 

Hb menurun                pernafasan tidak teratur
 

Kejang                                   Dispeneu





Gangguan pemenuhan O2
 


Gangguan perfusi jaringan
 
                                                Sesak
                                               


7.   Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
o    Gagal jantung,
o    Parestisia dan
o    Kejang.

8.   Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
o    Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
o    Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
o    Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

9.   Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1.   Anemia aplastik:
o    Transplantasi sumsum tulang
o    Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2.   Anemia pada penyakit ginjal
o    Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
o    Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.   Anemia pada penyakit kronis
      Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.   Anemia pada defisiensi besi
o    Dicari penyebab defisiensi besi
o    Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5.   Anemia megaloblastik
o    Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
o    Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
o    Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

DAFTAR PUSTAKA
·         Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
·         Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
·         Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
·         Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
·         Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
·         Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
·         http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
·         http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
·         Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
         Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Posted at 15.22.00 |  by Waluyo Kesehatan

0 komentar:


LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A . PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
 Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000 : 144)
 Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453)
 Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior (Mansjoer, 2000 : 144)

B . ETIOLOGI /PENYEBAB
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : (Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
o   Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
o   Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
o   Stress Lingkungan.            
o   Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.


b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
   Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
    Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
     Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
     Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
     Kegemukan atau makan berlebihan
     Stress
     Merokok
     Minum alkohol
      Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
     Glomerulonefritis
      Pielonefritis
      Nekrosis tubular akut
      Tumor
b. Vascular
    Aterosklerosis
    Hiperplasia
    Trombosis
    Aneurisma
    Emboli kolestrol
    Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
    DM
     Hipertiroidisme
     Hipotiroidisme
d. Saraf
    Stroke
    Ensepalitis
    SGB
e. Obat – obatan
    Kontrasepsi oral
    Kortikosteroid

C.  TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung, 1995)
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

D. MACAM-MACAM HIPERTENSI
*  Hipertensi Esensial

Secara teoritis hipertensi di definisikan sebagai suatu tingkatan tekanan darah, dimana komplikasi yang mungkin timbul menjadi nyata. Penulisan tekanan darah seperti 110/70 mmHg adalah didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung. Nilai yang lebih tinggi ( sistolok ) menunjukkan fase darah yang sedang dipompa pleh jantung.nilai yang lebih rendah ( diastolik ) menunjukkan fase darah kembali ke dalam jantung. Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darh yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tsb disebut sebagai normal-tinggi. Batas tersebut  diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun. Hipertensi, menurut penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1.      Hipertensi esensial atau primer
2.      Hipertensi sekunder
Dengan memperhatikan tekanan sistolik,WHO membagi hipertensi menjadi :
·         Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik antara 95-104 mmHg, disebut Golongan Rendah
·         Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik diatas 105 mmHg, disebut Golongan Tinggi.
Walaupun masih banyak perdebatan klasifikasi hipertensi dengan dasar tekanandiastolik ternyata lebih banyak digunakan yaitu :
@ Hipertensi  Ringan : Bila tekanan diastolik antara 90-110 mmHg
@ Hipertensi Sedang  : Bila tekanan diastolik antara 110-130 mmHg
@ Hipertensi Berat     : Bila tekanan diastolik diatas 130 mmHg

E.  PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).






















F. PATH WAY

Jenis kelamin

umur
Gaya hidup
obesitas
hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
otak
ginjal
Pembuluh darah
Retina

Nyeri kepala

Suplai O2 otak menurun
sinkop
Gangguan perfusi jaringan
Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal
Blood flow munurun
Respon RAA
Rangsang aldosteron
Retensi Na
edema
sistemik
vasokonstriksi
Afterload meningkat
Penurunan curah jantung
Fatique
Intoleransi aktifitas
koroner
Iskemi miocard

Spasme arteriole

diplopia



Resistensi pembuluh darah otak
Elastisitas     , arteriosklerosis


G . MANIFESTASI  KLINIS
Manifestasi Klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
o    Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
o    Sakit kepala
o    Epistaksis
o    Pusing / migrain
o    Rasa berat ditengkuk
o    Sukar tidur
o    Mata berkunang kunang
o    Lemah dan lelah
o    Muka pucat
o    Suhu tubuh                                                                                                
H. PENATALAKSANAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : (2,8)
Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
  1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
  1. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

I.       DAFTAR PUSTAKA
                                                             
1 . Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
2 . Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
3 . Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
4 . Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
5 . Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
6. Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
7 . Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
8. Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
9 . Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998
[ad#anda-mau-askep]




Askep Hipertensi


LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A . PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
 Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000 : 144)
 Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453)
 Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior (Mansjoer, 2000 : 144)

B . ETIOLOGI /PENYEBAB
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : (Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
o   Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
o   Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
o   Stress Lingkungan.            
o   Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.


b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
   Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
    Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
     Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
     Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
     Kegemukan atau makan berlebihan
     Stress
     Merokok
     Minum alkohol
      Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
     Glomerulonefritis
      Pielonefritis
      Nekrosis tubular akut
      Tumor
b. Vascular
    Aterosklerosis
    Hiperplasia
    Trombosis
    Aneurisma
    Emboli kolestrol
    Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
    DM
     Hipertiroidisme
     Hipotiroidisme
d. Saraf
    Stroke
    Ensepalitis
    SGB
e. Obat – obatan
    Kontrasepsi oral
    Kortikosteroid

C.  TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung, 1995)
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

D. MACAM-MACAM HIPERTENSI
*  Hipertensi Esensial

Secara teoritis hipertensi di definisikan sebagai suatu tingkatan tekanan darah, dimana komplikasi yang mungkin timbul menjadi nyata. Penulisan tekanan darah seperti 110/70 mmHg adalah didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung. Nilai yang lebih tinggi ( sistolok ) menunjukkan fase darah yang sedang dipompa pleh jantung.nilai yang lebih rendah ( diastolik ) menunjukkan fase darah kembali ke dalam jantung. Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darh yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tsb disebut sebagai normal-tinggi. Batas tersebut  diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun. Hipertensi, menurut penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1.      Hipertensi esensial atau primer
2.      Hipertensi sekunder
Dengan memperhatikan tekanan sistolik,WHO membagi hipertensi menjadi :
·         Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik antara 95-104 mmHg, disebut Golongan Rendah
·         Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik diatas 105 mmHg, disebut Golongan Tinggi.
Walaupun masih banyak perdebatan klasifikasi hipertensi dengan dasar tekanandiastolik ternyata lebih banyak digunakan yaitu :
@ Hipertensi  Ringan : Bila tekanan diastolik antara 90-110 mmHg
@ Hipertensi Sedang  : Bila tekanan diastolik antara 110-130 mmHg
@ Hipertensi Berat     : Bila tekanan diastolik diatas 130 mmHg

E.  PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).






















F. PATH WAY

Jenis kelamin

umur
Gaya hidup
obesitas
hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
otak
ginjal
Pembuluh darah
Retina

Nyeri kepala

Suplai O2 otak menurun
sinkop
Gangguan perfusi jaringan
Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal
Blood flow munurun
Respon RAA
Rangsang aldosteron
Retensi Na
edema
sistemik
vasokonstriksi
Afterload meningkat
Penurunan curah jantung
Fatique
Intoleransi aktifitas
koroner
Iskemi miocard

Spasme arteriole

diplopia



Resistensi pembuluh darah otak
Elastisitas     , arteriosklerosis


G . MANIFESTASI  KLINIS
Manifestasi Klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
o    Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
o    Sakit kepala
o    Epistaksis
o    Pusing / migrain
o    Rasa berat ditengkuk
o    Sukar tidur
o    Mata berkunang kunang
o    Lemah dan lelah
o    Muka pucat
o    Suhu tubuh                                                                                                
H. PENATALAKSANAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : (2,8)
Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
  1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
  1. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

I.       DAFTAR PUSTAKA
                                                             
1 . Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
2 . Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
3 . Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
4 . Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
5 . Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
6. Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
7 . Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
8. Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
9 . Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998
[ad#anda-mau-askep]




Posted at 15.13.00 |  by Waluyo Kesehatan

0 komentar:


Kenali Jenis-Jenis Batuk

Asap rokok juga bisa menyebabkan batuk. Apabila seseorang merokok, maka bulu getar pada tenggorokan tidak dapat berfungsi maksimal untuk mengusir benda asing yang masuk. Akibatnya terjadi infeksi dan menimbulkan dahak di dalam saluran pernapasan.
Kita bisa pasti pernah mengalami batuk. Bila terserang batuk, sungguh tidak mengenakkan. Apalagi jika disertai rasa gatal pada tenggorokan. Jika serangan batuk menjadi-jadi, bisa disertai rasa pegal pada perut, dan bahkan bisa saja timbul keram karena tertekan akibat batuk.
Gejala batuk biasanya menyertai penyakit lain seperti influenza. Bila seseorang terserang flu, dia akan mengalami pilek, demam, sakit kepala yang disertai batuk. Namun, batuk juga bisa timbul akibat peradangan pada paru-paru, misalnya penyakit tuberculosis (TBC).
Menurut dokter Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), dr Siselia Titis Iramawati, batuk adalah sebuah refleks fisiologi untuk melindungi tubuh dari benda-benda asing yang masuk ke tenggorokan. Jika ada benda asing yang masuk ke tenggorokan, tubuh akan berusaha mengeluarkannya dengan cara batuk. Tapi, batuk juga bisa karena gejala dari suatu penyakit tertentu. Dalam jalan udara di tenggorokan ada banyak rambut getar yang terus bergerak dan berfungsi untuk menyapu bersih benda-benda asing yang masuk.
''Tenggorokan adalah tempat untuk menelan makanan. Tapi, ada juga saluran tenggorokan yang menuju ke usus dan pernapasan. Jika kita makan nasi, misalnya, lalu ada butiran yang masuk ke saluran napas, maka secara refleks kita akan batuk. Tujuannya untuk mengeluarkan benda asing tersebut,'' katanya kepada Republika.
Penyebab batuk bisa bermacam-macam. Misalnya akibat radang tenggorokan, radang paru-paru, sinusitis, alergi, asap rokok, dan sebagainya. Pada sinusitis lendir pada hidung akan turun ke bawah yang menimbulkan gatal-gatal pada tenggorokan sehingga menimbulkan batuk. Sedangkan radang-radang paru-paru misalnya penyakit TBC.
''Penyakit asma biasanya juga akan disertai batuk. Misalnya jika penderita asma terkena udara dingin, maka asmanya akan kambuh. Dan itu biasanya akan disertai dengan batuk,'' jelasnya lagi.
Asap rokok juga bisa menyebabkan batuk. Apabila seseorang merokok, maka bulu getar pada tenggorokan tidak dapat berfungsi maksimal untuk mengusir benda asing yang masuk. Akibatnya terjadi infeksi dan menimbulkan dahak di dalam saluran pernapasan. Akibat lebih jauh, orang tersebut akan batuk secara refleks untuk melindungi dan membersihkan jalan udara yang masuk.
Jenis batuk
Batuk terbagi menjadi dua tipe. Batuk kering dan batuk berdahak. Menurut Titis, batuk kering timbul karena adanya sensitivitas pada bulu-bulu getar di tenggorokan, misalnya jika timbul alergi. Alergi bisa timbul jika bulu-bulu getar terkena benda-benda, seperti es atau makanan yang pedas, sehingga tidak kuat dan akhirnya menimbulkan batuk.
Sedangkan batuk berdahak adalah batuk yang disertai dengan keluarnya lendir. Lendir ini bisa berasal dari peradangan pada paru-paru. ''Lendir itu akan keluar bersama batuk. Misalnya penyakit TBC. Karena itu, orang yang menderita TBC tidak boleh membuang lendirnya di sembarang tempat. Sebab begitu dia batuk dan membuang lendir, maka kumannya akan ikut keluar,'' demikian Titis.
Secara umum penyakit batuk akan lebih mudah menyerang orang pada peralihan musim, terutama bila terjadi perubahan temperatur udara mendadak dari musim panas ke musim dingin atau penghujan. Kondisi tubuh yang tidak fit juga memudahkan terkena penyakit, khususnya batuk.
Yang harus diwaspadai, menurut Titis, adalah batuk yang terjadi pada orang tua. Terutama bila batuknya menyerang saat berbaring atau tertidur sebab bisa jadi hal itu merupakan gejala gagal jantung.
''Seorang yang berusia lanjut ketika sedang tidur lalu batuk-batuk, tapi setelah dia bangun batuknya reda, maka ini perlu diwaspadai. Sebab hal ini bisa terjadi karena jantungnya membesar sehingga menimbulkan gagal jantung. Gejala lainnya, jika baru sedikit berjalan, dia sudah terengah-engah atau kecapaian,'' ungkap Titis menjelaskan.
Pengobatan untuk jenis batuk kering dilakukan untuk menekan atau meredakan batuknya. Tujuannya untuk memberikan kenyamanan, menghindari terganggunya tidur dan kelelahan serta kemungkinan berbahaya bagi pasien. Pengobatannya dilakukan dengan menghilangkan refleks batuk secara sentral. Sedangkan untuk batuk berbatuk berdahak, pengobatan dilakukan untuk mengeluarkan dahaknya.
Tips Memilih Obat Batuk
Sebelum menentukan obat batuk apa yang akan digunakan, terlebih dahulu harus dikenali jenis batuknya. Ini penting agar obat yang dikonsumsi tidak salah.
Jika seseorang menderita batuk berdahak, yang harus diminum adalah obat batuk ekspektoran. Obat batu jenis ini berfungsi untuk menekan agar dahak bisa keluar. Maka, jangan sampai memilih obat batuk antitusif yang berfungsi menekan batuk. Sebab jika mengonsumsi obat batuk jenis antitusif dahaknya justru tidak bisa keluar, bahkan bisa menimbulkan infeksi paru.
Sebaliknya, penderita batuk kering harus memilih obat batuk antitusif. Kalau dia minum obat batuk ekspektoran, maka batuknya tidak akan sembuh, bahkan bisa mengakibatkan batuk berdarah.
Dosis obat juga harus diperhatikan. Dosis yang tepat sesuai dengan aturan akan memudahkan penyembuhan penyakit. Sebaliknya, jika dosis kurang atau berlebih, batuk bisa tidak kunjung sembuh.
Saat ini banyak beredar obat batuk di pasaran. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat batuk sebagai berikut:
1. Pilih obat batuk yang komponennya spesifik. Saat ini banyak obat batuk yang mengandung ekspektoran untuk memecah lendir tapi sekaligus untuk menekan batuknya. Obat batuk akan efektif jika kegunaannya spesifik.
2. Pilih obat batuk yang memiliki efek samping sekecil mungkin. Ini penting untuk mengurangi risiko efek samping yang tidak diinginkan untuk pemakaian jangka panjang.
3. Jika menginginkan untuk pemakaian jangka panjang, kemasan obat batuk yang besar bisa menjadi pilihan. Yang harus diperhatikan adalah dosisnya harus tepat, khususnya untuk anak-anak.
4. Perhatikan tanggal kedaluwarsa yang tercantum pada kemasan obat batuk. Tanggal tersebut menunjukkan sampai kapan obat batuk efektif dikonsumsi untuk meredakan.
5. Pilih obat batuk yang memiliki nomor registrasi dari Departemen Kesehatan (Depkes) sebab itu menunjukkan bahwa obat batuk tersebut telah disetujui oleh Depkes untuk beredar di pasaran.

Kenali Jenis Batuk


Kenali Jenis-Jenis Batuk

Asap rokok juga bisa menyebabkan batuk. Apabila seseorang merokok, maka bulu getar pada tenggorokan tidak dapat berfungsi maksimal untuk mengusir benda asing yang masuk. Akibatnya terjadi infeksi dan menimbulkan dahak di dalam saluran pernapasan.
Kita bisa pasti pernah mengalami batuk. Bila terserang batuk, sungguh tidak mengenakkan. Apalagi jika disertai rasa gatal pada tenggorokan. Jika serangan batuk menjadi-jadi, bisa disertai rasa pegal pada perut, dan bahkan bisa saja timbul keram karena tertekan akibat batuk.
Gejala batuk biasanya menyertai penyakit lain seperti influenza. Bila seseorang terserang flu, dia akan mengalami pilek, demam, sakit kepala yang disertai batuk. Namun, batuk juga bisa timbul akibat peradangan pada paru-paru, misalnya penyakit tuberculosis (TBC).
Menurut dokter Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), dr Siselia Titis Iramawati, batuk adalah sebuah refleks fisiologi untuk melindungi tubuh dari benda-benda asing yang masuk ke tenggorokan. Jika ada benda asing yang masuk ke tenggorokan, tubuh akan berusaha mengeluarkannya dengan cara batuk. Tapi, batuk juga bisa karena gejala dari suatu penyakit tertentu. Dalam jalan udara di tenggorokan ada banyak rambut getar yang terus bergerak dan berfungsi untuk menyapu bersih benda-benda asing yang masuk.
''Tenggorokan adalah tempat untuk menelan makanan. Tapi, ada juga saluran tenggorokan yang menuju ke usus dan pernapasan. Jika kita makan nasi, misalnya, lalu ada butiran yang masuk ke saluran napas, maka secara refleks kita akan batuk. Tujuannya untuk mengeluarkan benda asing tersebut,'' katanya kepada Republika.
Penyebab batuk bisa bermacam-macam. Misalnya akibat radang tenggorokan, radang paru-paru, sinusitis, alergi, asap rokok, dan sebagainya. Pada sinusitis lendir pada hidung akan turun ke bawah yang menimbulkan gatal-gatal pada tenggorokan sehingga menimbulkan batuk. Sedangkan radang-radang paru-paru misalnya penyakit TBC.
''Penyakit asma biasanya juga akan disertai batuk. Misalnya jika penderita asma terkena udara dingin, maka asmanya akan kambuh. Dan itu biasanya akan disertai dengan batuk,'' jelasnya lagi.
Asap rokok juga bisa menyebabkan batuk. Apabila seseorang merokok, maka bulu getar pada tenggorokan tidak dapat berfungsi maksimal untuk mengusir benda asing yang masuk. Akibatnya terjadi infeksi dan menimbulkan dahak di dalam saluran pernapasan. Akibat lebih jauh, orang tersebut akan batuk secara refleks untuk melindungi dan membersihkan jalan udara yang masuk.
Jenis batuk
Batuk terbagi menjadi dua tipe. Batuk kering dan batuk berdahak. Menurut Titis, batuk kering timbul karena adanya sensitivitas pada bulu-bulu getar di tenggorokan, misalnya jika timbul alergi. Alergi bisa timbul jika bulu-bulu getar terkena benda-benda, seperti es atau makanan yang pedas, sehingga tidak kuat dan akhirnya menimbulkan batuk.
Sedangkan batuk berdahak adalah batuk yang disertai dengan keluarnya lendir. Lendir ini bisa berasal dari peradangan pada paru-paru. ''Lendir itu akan keluar bersama batuk. Misalnya penyakit TBC. Karena itu, orang yang menderita TBC tidak boleh membuang lendirnya di sembarang tempat. Sebab begitu dia batuk dan membuang lendir, maka kumannya akan ikut keluar,'' demikian Titis.
Secara umum penyakit batuk akan lebih mudah menyerang orang pada peralihan musim, terutama bila terjadi perubahan temperatur udara mendadak dari musim panas ke musim dingin atau penghujan. Kondisi tubuh yang tidak fit juga memudahkan terkena penyakit, khususnya batuk.
Yang harus diwaspadai, menurut Titis, adalah batuk yang terjadi pada orang tua. Terutama bila batuknya menyerang saat berbaring atau tertidur sebab bisa jadi hal itu merupakan gejala gagal jantung.
''Seorang yang berusia lanjut ketika sedang tidur lalu batuk-batuk, tapi setelah dia bangun batuknya reda, maka ini perlu diwaspadai. Sebab hal ini bisa terjadi karena jantungnya membesar sehingga menimbulkan gagal jantung. Gejala lainnya, jika baru sedikit berjalan, dia sudah terengah-engah atau kecapaian,'' ungkap Titis menjelaskan.
Pengobatan untuk jenis batuk kering dilakukan untuk menekan atau meredakan batuknya. Tujuannya untuk memberikan kenyamanan, menghindari terganggunya tidur dan kelelahan serta kemungkinan berbahaya bagi pasien. Pengobatannya dilakukan dengan menghilangkan refleks batuk secara sentral. Sedangkan untuk batuk berbatuk berdahak, pengobatan dilakukan untuk mengeluarkan dahaknya.
Tips Memilih Obat Batuk
Sebelum menentukan obat batuk apa yang akan digunakan, terlebih dahulu harus dikenali jenis batuknya. Ini penting agar obat yang dikonsumsi tidak salah.
Jika seseorang menderita batuk berdahak, yang harus diminum adalah obat batuk ekspektoran. Obat batu jenis ini berfungsi untuk menekan agar dahak bisa keluar. Maka, jangan sampai memilih obat batuk antitusif yang berfungsi menekan batuk. Sebab jika mengonsumsi obat batuk jenis antitusif dahaknya justru tidak bisa keluar, bahkan bisa menimbulkan infeksi paru.
Sebaliknya, penderita batuk kering harus memilih obat batuk antitusif. Kalau dia minum obat batuk ekspektoran, maka batuknya tidak akan sembuh, bahkan bisa mengakibatkan batuk berdarah.
Dosis obat juga harus diperhatikan. Dosis yang tepat sesuai dengan aturan akan memudahkan penyembuhan penyakit. Sebaliknya, jika dosis kurang atau berlebih, batuk bisa tidak kunjung sembuh.
Saat ini banyak beredar obat batuk di pasaran. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat batuk sebagai berikut:
1. Pilih obat batuk yang komponennya spesifik. Saat ini banyak obat batuk yang mengandung ekspektoran untuk memecah lendir tapi sekaligus untuk menekan batuknya. Obat batuk akan efektif jika kegunaannya spesifik.
2. Pilih obat batuk yang memiliki efek samping sekecil mungkin. Ini penting untuk mengurangi risiko efek samping yang tidak diinginkan untuk pemakaian jangka panjang.
3. Jika menginginkan untuk pemakaian jangka panjang, kemasan obat batuk yang besar bisa menjadi pilihan. Yang harus diperhatikan adalah dosisnya harus tepat, khususnya untuk anak-anak.
4. Perhatikan tanggal kedaluwarsa yang tercantum pada kemasan obat batuk. Tanggal tersebut menunjukkan sampai kapan obat batuk efektif dikonsumsi untuk meredakan.
5. Pilih obat batuk yang memiliki nomor registrasi dari Departemen Kesehatan (Depkes) sebab itu menunjukkan bahwa obat batuk tersebut telah disetujui oleh Depkes untuk beredar di pasaran.

Posted at 15.03.00 |  by Waluyo Kesehatan

0 komentar:

© 2013 Waluyo Kesehatan. WP Theme-junkie converted by BloggerTheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.
back to top